MENGHADAPI TAHUN BERAT 2024-2025, HASAN MA’SHUM PALANG MENYEPAKATI TUJUH POIN PENTING

Jamaah Hasan Ma'shum Palang membentuk forum melingkar ketika mengadakan musyawarah pada 9 Maret 2024 di Hilqoh TNP Palang

Tahun 2024-2025 merupakan tahun yang berat dihadapi oleh masyarakat global, dari tekanan ekonomi hingga prediksi kehidupan yang tidak menentu. Masyarakat global akan dihadapkan berbagai kenyataan masa depan yang “menakutkan” dan membingungkan, karena adanya perang yang terus berlangsung di Ukraina, Palestina, dan memanaskan kawasan lautan Natuna Utara serta di semenanjung Korea.

Begitulah analisis dari para pakar ekonomi dan geopolitik internasional yang disampaikan oleh beragam media cetak dan virtual. Akan ada banyak bencana dan tantangan yang akan dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini di masa depan, sepanjang tahun 2024 hingga 2025. Beberapa analis geo-strategis bahkan memprediksi jika perang dunia ke-III akan terjadi pada kisaran dua tahun mendatang.

Bacaan Lainnya

Berangkat dari analisis para ahli itulah, jamaah majelis dzikir Hasan Ma’shum Palang pada acara rutinan tawajuh Jum’at, 9 Maret 2024 Hilqoh TNP Dziya’ul Ulum (dusun Setro desa Ketambul kec. Palang Kab. Tuban Prov. Jawa Timur) telah mengadakan musyawarah untuk menjawaba tantangan tersebut, sekaligus untuk membentuk “pertahanan” diri dan “kekebalan komunitas” agar tetap bisa eksis dalam kewarasan berfikir dan ketahanan berkehidupan bernegara secara normal.

Dalam musyawarah tersebut telah diikuti oleh sebelas orang, diantaranya adalah (1) Syihabuddin, (2) Mbah Sidik, (3) Sifyani, (4) Faizin, (5) Sismanan, (6) Yusuf, (7) Hariyanto, (8) Kawakib, (9) Musyafa’, (10) Sandro dan (11) Wiyoto. Sebelas orang tersebut telah menyepakati dan berkomitmen atas tujuh poin penting yang bisa memperkuat eksistensi jamaah tersebut. Tujuh poin tersebut adalah :

  1. Iuran Jamaah untuk Dana Abadi Hilqoh

Jamaah siap untuk menysisihkan uang sebesar Rp. 5.000, Rp. 10.000 dan/atau Rp. 20.000 untuk diserahkan kepada pengurus Hilqoh sebagai Dana Abadi yang akan dikelolah oleh Hilqoh untuk kepentingan Hilqoh secara umum.

“Sebagai komunitas kita penting untuk melakukan iuran, karena dengan iuran itulah sebuah komunitas bisa eksis dan mandiri secara finansial sekaligus bebas secara pemikiran”, kata Sifyani, Guru MI Al-Asyhar Karangagung Palang.

2. Kajian Pasca Tawajuh

Setiap selesai tawajuh pada malam sabtu, jamaah akan mengadakan kajian ringan untuk menambah wawasan tentang keislaman dan ilmu-ilmu yang menunjang pemahaman keber-Tuhan-an. Kajian akan dilakukan pada pukul 21.30 sampai 22.00 setelah ramah tamah, dengan mengkaji beberapa kitab salaf yang relevan dengan bidang yang ditekuni.

“Jama’ah kami tidak semuanya pernah mondok di pesantren atau belajar secara tuntas di madrasah, sehingga kami sangat membutuhkan kajian yang ringan dan kilat untuk mengisi kekurangan tersebut.” Tegas Sandro Prastyawan, Jamaah yang berdomisili di Plumpang.

3. Silaturrahim Jamaah Non-Aktif

Beberapa jamaah yang tidak aktif memerlukan dorongan dan motivasi untuk bisa kembali aktif ke Hilqoh agar bisa tawajuh dan menekuni keilmuan tasawufnya. Diantara mereka ada yang sudah “tidak respon sama sekali di group watshapp, sehingga perlu disowani untuk menguatkan hatinya”, kata Hariyanto, jamaah yang bekerja sebagai penggerak becak nelayan ini.

Untuk itu, jamaah siap untuk mendatangi rumah-rumah para jamaah yang tidak aktif agar bisa Kembali merapat bersama dengan saudara-saudaranya di Hasan Ma’shum Palang.

4. Berdakwah secara Samar, Selektif, Masif dan Terstruktur (SSMT).

Pengembangan jamaah perlu dilakukan secara baik-baik, tidak serampangan dan asal-asalan, karena tidak semua orang muslim awam bisa menerima keilmuan tasawuf secara amali-akhlaki-falsafi sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Hasan Ma’shum Palang. Agar komunitas menjadi semakin berkah dan berkembang, metode dakwah harus dilakukan secara samar, selektif, massif, dan terstruktur.

“Kami akan mengajak beberapa santri untuk bergabung dengan kami. Akan tetapi kami tidak sembarangan mengajak orang, kami tetap selektif dan melakukan kajian yang mendalam agar calon anggota benar-benar orang yang berkoitmen”, tegas Faizin, jamaah alumnus Fakultas Teknik Arsitektur Jogjakarta.

5. Penguatan Kelembagaan dan Kepengurusan Organisasi

Sedikit (jumlah orangnya) yang kompak dan terorganisir akan lebih baik dari pada banyak orang namun karut-marut. Koordinasi dan penguatan kelembagaan bagi sebuah komunitas sangat penting dan menjadi bagian vital sebuah jam’iyah. Karena itulah para jamaah Hasan ma’shum Palang berkeinginan kuat untuk mendorong penguatan kelembagaan sebagai pondasi komunitas.

“Kami perlu menjalankan perkumpulan kami secara professional dan tersruktur, agar semua kegiatan-kegiatan kami bisa maksimal direalisasikan.” Tegas Yusuf, yang kesehariannya bekerja sebagai pengelolah Makam Maulana Iskha’ Kemantren Paciran.

6. Berziarah ke Bambuapus (Jakarta) Sekali Setahun

Ibarat HP yang memerlukan tenaga baru dari listrik (ces), setiap murid Hasan Ma’shum “wajib” berziarah ke Guru-nya untuk sowan dan mohon doa keberkahan hidupnya. Ziarah ke Guru bersifat mutlak dan tidak bisa ditangguhkan, yang artinya setiap murid Hasan Ma’shum harus ke Bambuapus untuk Ziarah—dengan sekuat tenaga.

Ada tiga moment penting ziarah yang bisa dilakukan secara berjamaah di Bambuapus, yaitu Haul di bulan Desember, awal Syawal, dan Hari Guru di bulan Januari. “Setidaknya dalam setahun di moment tersebut setiap jamaah bisa datang ke Jakarta, tentunya persiapan harus dimantapkan sedini mungkin”, tegas Sismanan yang menekuni bidang peternakan kambing.  

7. Rutin Mendukung Aktivitas Tiga Surau di Jawa Timur

Ada tiga Surau Hasan Ma’shum di Jawa Timur yang kondisinya “layak” untuk didatangi secara bulanan atau pekan-an oleh orang Hasan Ma’shum Palang, yaitu Sidayu, Lamongan, dan Paciran. Sebagai jamaah yang memiliki banyak generasi muda dan orang-orang yang masih bergairah (bekerja) tentunya orang Palang harus aktif mendatangi surau-surau tersebut sebagai upaya untuk menguatkan keilmuan (tasawuf)-nya dan menjaga kewarasan pikirannya. Selain empat metode pembelajaran yang lainnya, mengikuti tawajuh di Surau (Kepengurusan Wilayah Hasan Ma’shum) adalah sebuah keniscayaan bagi murid Hasan Ma’shum. Oleh karena itulah “kami akan sekuat tenaga untuk bisa mendatangi tiga surau kami di Jawa Timur agar keilmuan kami semakin dikuatkan.” Kata Kawakib, Mahasiswa ITB Tuban.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *